Profil Pelajar Pancasila, Strategi Penguatan dalam Layanan Bimbingan dan Konseling

Profil Pelajar Pancasila, Strategi Penguatan dalam Layanan Bimbingan dan Konseling

Profil pelajar Pancasila adalah sejumlah karakter dan kompetensi yang diharapkan dapat diraih oleh peserta didik yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila.

Penguatan profil pelajar Pancasila melibatkan lintas disiplin ilmu berupa serangkaian kegiatan untuk menelaah tema tertentu, melakukan investigasi, memecahkan masalah, dan melakukan pengambilan keputusan.

Sebagai salah satu layanan bagi peserta didik di satuan pendidikan, kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dalam Kurikulum Merdeka Belajar diintegrasikan dengan projek penguatan profil pelajar Pancasila.

Strategi penguatan profil pelajar Pancasila dalam layanan bimbingan dan konseling dilakukan dengan merancang kegiatan layanan secara komprehensif sesuai kebutuhan peserta didik, dan melibatkan semua sumber daya yang ada di satuan pendidikan.

Guru BK memiliki tugas membantu peserta didik dalam mengembangkan dirinya secara optimal menuju capaian profil pelajar Pancasila melalui strategi implementasi di satuan pendidikan, strategi pemberdayaan keluarga, dan strategi kerja sama dengan mitra.

Apa itu Profil Pelajar Pancasila?

Profil pelajar Pancasila merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Profil pelajar Pancasila adalah pelajar yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, yang dimanifestasikan dalam akhlak yang mulia terhadap diri sendiri, sesama manusia, alam, dan negara.

Pelajar Pancasila berfikir dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan sebagai panduan untuk memilah dan memilih yang baik dan benar, serta menjaga integritas dan keadilan.

Profil pelajar Pancasila adalah pelajar yang berfikir dan bersikap terbuka terhadap kemajemukan dan perbedaan, secara aktif berkontribusi pada peningkatan kualitas kehidupan manusia sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan dunia.

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, pelajar Pancasila memiliki identitas diri selaku representasi budaya luhur bangsa, menghargai dan melestarikan budayanya, dan berinteraksi dengan berbagai budaya lainnya.

Profil pelajar Pancasila adalah pelajar yang peduli pada lingkungannya, dan menjadikan kemajemukan yang ada pada lingkungannya sebagai kekuatan untuk hidup bergotong royong.

Profil pelajar Pancasila adalah pelajar yang mandiri, berinisiatif, dan siap mempelajari hal-hal baru, serta gigih dalam mencapai tujuannya.

Profil pelajar Pancasila gemar dan mampu bernalar secara kritis dan kreatif. Menganalisa masalah menggunakan kaidah berfikir saintifik dan mengaplikasikan alternatif solusi secara inovatif.

Profil pelajar Pancasila adalah pelajar yang mampu aktif mencari cara untuk senantiasa meningkatkan kapasitas diri dan bersikap reflektif agar dapat terus mengembangkan diri dan berkontribusi kepada bangsa, negara, dan dunia.

Dari penjelasan di atas, secara ringkas, ada 6 dimensi profil pelajar Pancasila yaitu; (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; (2) berkebhinnekaan global; (3) bergotong royong; (4) mandiri; (5) bernalar kritis; dan (6) kreatif.

Enam dimensi profil pelajar Pancasila ini memiliki beberapa elemen yang harus dilihat secara utuh sebagai satu kesatuan yang saling mendukung dan berkesinambungan satu sama lain, yang berguna untuk;

  • Menerjemahkan tujuan dan visi pendidikan yang ingin dicapai dalam format yang lebih mudah dipahami seluruh pemangku kepentingan pendidikan.
  • Menjadi petunjuk arah bagi pendidik dan pelajar Indonesia.
  • Tujuan akhir dari segala pembelajaran, program, dan kegiatan di satuan pendidikan.

Enam dimensi profil pelajar Pancasila adalah karakter dan kemampuan yang dibangun dalam keseharian peserta didik, dan dihidupkan salah satunya melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang menjadi bagian dari Kurikulum Merdeka.

Projek penguatan profil pelajar Pancasila adalah pembelajaran yang dilakukan lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalah di lingkungan sekitarnya. Termasuk didalamnya melalui layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

Landasan Filosofis Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum Merdeka

Konsep kebijakan Kurikulum Merdeka adalah sebuah transformasi kebijakan merdeka belajar yang mengedepankan pendekatan yang berpusat pada minat, bakat, dan kemampuan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

Satuan pendidikan diberikan keleluasaan dalam menyesuaikan kurikulum sesuai dengan keragaman dan kebutuhannya, untuk mengelola manajemen sekolah, dan berkewajiban membantu peserta didik mencapai tujuan pendidikan nasional, salah satunya dengan penguatan profil pelajar Pancasila.

Profil pelajar Pancasila merupakan bagian dari pendidikan dan penguatan karakter peserta didik, dan menjadi dasar dalam layanan bimbingan dan konseling pada Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan.

Kurikulum Merdeka didasarkan pada Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, pendidikan yang memerdekakan dengan tujuan adalah kemerdekaan. Merdeka berarti setiap orang dapat memilih apa saja, dengan catatan adanya penghargaan terhadap kemerdekaan yang dimiliki orang lain juga.

Ki Hadjar Dewantara mengajukan Konsep Pendidikan dengan Tri Pusat Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan, yaitu; (1) pendidikan keluarga, (2) pendidikan dalam alam perguruan, dan (3) pendidikan dalam alam pemuda atau masyarakat.

Selain itu, Ki Hadjar Dewantara mengedepankan Sistem Among dalam pendidikan, Guru adalah Pamong, sebagai pemimpin dalam proses pendidikan, maka diwajibkan bersikap; ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Pamong harus bisa menjadi teladan, motivator, dan mengikuti serta menguatkan secara lahir batin agar anak didik mampu mengembangkan kepribadiaannya sesuai dengan kodratnya tanpa paksaan, hukuman, dan ketertiban dengan disiplin pribadi.

Dengan demikian, seorang Pamong diharapkan mampu mengenali karakteristik anak didik dalam berbagai aspek berikut:

  • kemampuan dasar yang dimiliki anak didik;
  • potensi anak didik sesuai dengan garis kodrat;
  • kemampuan anak didik dalam mengungkapkan perasaan, pikiran, dan perbuatan;
  • memfasilitasi kemampuan anak didik untuk mengolah hasil temuannya.

Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara inilah yang menjadi landasan filosofis bimbingan dan konseling dalam implementasi Kurikulum Merdeka Belajar.

Bimbingan dan konseling sebagai bagian satuan pendidikan diharapkan dapat mengakomodasi peserta didik untuk mampu:

  • memahami dan menerima diri dan lingkungannya;
  • mengembangkan potensi;
  • merencanakan masa depan;
  • menyelesaikan permasalahan; dan
  • mencapai kemandirian.

Tujuan bimbingan dan konseling yang diharapkan di satuan pendidikan ini berkesesuaian dengan Konsep Pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara.

Prinsip Dasar Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum Merdeka

Dalam pelaksanaan layanan, untuk terwujudnya capaian layanan BK sesuai dengan profil pelajar Pancasila mengacu pada prinsip dasar berikut:

1. Membangun inklusivitas

  • Layanan BK sebagai bagian integral dari proses pendidikan;
  • Setiap peserta didik berhak mendapatkan pelayanan secara profesional sebagai tanggung jawab bersama antara kepala satuan pendidikan, Guru BK, pendidik, dan tenaga kependidikan;
  • Layanan bimbingan dan konseling diberikan melalui proses individual maupun kelompok sesuai dengan kebutuhan, dan layanan tambahan bagi peserta didik disabilitas;
  • Setiap peserta didik memiliki hak untuk dihargai dan diperlakukan sama, tidak diskriminatif.

2. Mencapai perkembangan yang optimal

  • Setiap individu peserta didik memiliki nilai-nilai positif yang perlu dioptimalkan;
  • Setiap peserta didik berhak mendapatkan layanan BK guna mengembangkan diri secara optimal untuk tercapainya profil pelajar Pancasila;
  • Peserta didik didorong untuk mengambil dan merealisasikan keputusan secara bertanggungjawab sesuai dengan situasinya;
  • Bersifat fleksibel, adaptif, serta berkelanjutan sesuai kebutuhan peserta didik;
  • Setiap individu peserta didik berhak memiliki pilihan yang difokuskan pada pengembangan minat, bakat, dan pilihan karir di masa depan.

Strategi Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam Layanan Bimbingan dan Konseling

Sebagai upaya memberikan layanan terbaik bagi peserta didik dan mendukung penguatan profil pelajar Pancasila, satuan pendidikan dapat menggunakan sumber daya yang ada dan menyelaraskan dengan peran keluarga, serta berkolaborasi dengan mitra.

Oleh karena itu, implementasi layanan BK di satuan pendidikan menggunakan tiga strategi besar yang meliputi: (1) strategi implementasi BK di satuan pendidikan, (2) strategi pemberdayaan keluarga, dan (3) strategi kerja sama dengan mitra.

1. Strategi implementasi BK di satuan pendidikan

Strategi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dirancang secara komprehensif guna menjawab kebutuhan peserta didik dengan menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki satuan pendidikan secara optimal.

Layanan BK dilakukan dengan memahami secara individual peserta didik sesuai usia dan tahap perkembangannya, dan juga strategi diferensiasi untuk pemenuhan kebutuhan peserta didik yang beragam.

Berbagai layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik agar memiliki kemampuan untuk memelihara dirinya secara efektif, independen, kreatif, dan bertanggung jawab di dalam kehidupan dan budayanya sesuai dengan prinsip inklusif layanan BK sebagai hak semua peserta didik.

Strategi penguatan profil pelajar Pancasila dalam layanan bimbingan dan konseling dilakukan dengan empat komponen dasar layanan BK yang meliputi; (1) layanan dasar, (2) layanan peminatan dan perencanaan individual, (3) layanan responsif, dan (4) layanan dukungan sistem.

Masing-masing implementasi layanan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut;

(1) Layanan Dasar

Layanan dasar ini ditujukan untuk semua peserta didik berupa kegiatan yang bersifat preventif dan developmental.

Implementasinya dapat dilaksanakan secara klasikal dalam kelas besar atau di luar kelas secara terbuka dengan alat bantu atau media BK, dan/atau dilakukan dengan kelompok kecil peserta didik dengan membahas topik atau tema yang aktual.

Layanan dasar merupakan proses membantu mengembangkan pemahaman dan keterampilan peserta didik secara sistematis sesuai tugas perkembangannya, dan dalam upaya mencapai profil pelajar Pancasila sesuai dengan fasenya.

Tujuan layanan dasar, salah satunya, agar peserta didik dapat memperoleh pemahaman tentang berbagai isu pribadi, belajar, sosial, dan karir. Termasuk perundungan, kekerasan s3k5ual/pelecehan, dan intoleransi.

Pemahaman isu dalam tema projek penguatan profil pelajar Pancasila tersebut untuk mencegah potensi bentuk kekerasan yang mungkin terjadi di satuan pendidikan.

Layanan dasar juga bertujuan untuk membantu peserta didik baru dalam beradaptasi dengan lingkungan sekolah melalui kegiatan masa orientasi.

Dalam memberikan layanan dasar sesuai dengan kebutuhan peserta didik, Guru BK berkoordinasi dengan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya melakukan beberapa hal berikut:

1. Membuat pemetaan kebutuhan peserta didik

Setiap individu peserta didik memiliki situasi dan kondisi yang berbeda-beda, ada yang perlu diamati secara khusus, dan ditangani dengan lebih spesifik. Disinilah peran bimbingan dan konseling dalam memetakan kebutuhan masing-masing peserta didik.

Pemetaan kebutuhan ini dapat dilakukan dengan pengamatan atau observasi, maupun menggunakan instrumen sesuai dengan kebutuhan, seperti dengan menggunakan survei atau angket yang mencakup aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir.

Pemetaan kebutuhan peserta didik dapat juga dilakukan dengan menggunakan elemen atau sub elemen yang terdapat dalam enam dimensi profil pelajar Pancasila.

2. Membuat analisis kebutuhan

Dari hasil pemetaan kebutuhan peserta didik, dan/atau hasil analisis terhadap rapor pendidikan; survei karakter dan survei lingkungan belajar, Guru BK atau kepala satuan pendidikan memilih topik pada fase dari profil pelajar Pancasila yang perlu dikembangkan.

3. Membuat perencanaan layanan

Hasil analisis kebutuhan dipergunakan sebagai acuan dalam perencanaan layanan; tahunan, semester, bulanan, dan mingguan dengan alokasi sesuai kebutuhan.

Dalam menyusun perencanaan layanan, Guru BK dapat bekerja sama dengan koordinator, atau fasilitator projek penguatan profil pelajar Pancasila sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Contohnya, jika dibutuhkan penguatan tentang toleransi dalam beragama, maka dapat dirancang projek penguatan profil pelajar Pancasila dengan tema Bhinneka Tunggal Ika.

Untuk penguatan tentang kesehatan mental atau pencegahan perundungan dan/atau kekerasan s3ksu4l, dapat dirancang projek penguatan profil pelajar Pancasila dengan tema Bangunlah Jiwa dan Raganya.

Namun demikian, tidak semua kegiatan pada layanan dasar dapat langsung diakomodasikan dalam projek penguatan profil pelajar Pancasila, hanya kegiatan layanan yang relevan, yang sesuai antara tema dan tujuan kegiatan, yang bisa diintegrasikan dalam projek.

4. Pelaksanaan program kegiatan

Pelaksanaan program kegiatan dapat memanfaatkan berbagai metode dan media sesuai dengan topik yang sudah direncanakan.

Refleksi pada akhir kegiatan untuk penguatan pemahaman peserta didik pada topik yang dibahas dapat dilakukan dengan pendekatan berikut:

  • Memberikan rangsangan dengan mengaitkan topik pada peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari peserta didik sesuai tahapan perkembangannya, sehingga peserta didik dapat merasakan keterkaitan antara dirinya dengan topik bahasan.
  • Melakukan kegiatan refleksi dengan bermain peran untuk menumbuhkan empati atau pemahaman peserta didik terhadap satu situasi tertentu.
  • Mengajukan pertanyaan terbuka yang terarah sesuai dengan konteks pada topik bahasan, yang mendorong peserta didik memberikan tanggapan secara deskriptif yang membutuhkan ekspresi jawaban analitis yang mendalam.
  • Menggunakan pendekatan secara individual sesuai kebutuhan, situasi, dan pemahaman yang dimiliki oleh peserta didik.

5. Evaluasi program kegiatan layanan

Guru BK bersama pihak lain yang terlibat dalam kegiatan layanan melakukan evaluasi untuk memastikan pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Dari hasil evaluasi disusun rencana tindak lanjut atau program lanjutan sebagai bentuk respon dari kebutuhan peserta didik, dan/atau untuk memperkuat elemen dan sub elemen profil pelajar Pancasila.

(2) Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual

Kurikulum Merdeka mengacu pada pendekatan bakat dan minat, peserta didik dapat mengenal dan mengembangkan diri sesuai minatnya di semua dimensi profil pelajar Pancasila secara proaktif.

Layanan peminatan dan perencanaan individual dilaksanakan untuk mengakomodasi kebutuhan peserta didik dalam hal mengenali minat, bakat, dan kemampuannya sejak dini.

Salah satu cara terbaik dengan mendorong peserta didik mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai pilihan, minat, dan bakat peserta didik untuk meningkatkan percaya diri, disiplin, serta melakukan aktivitas produktif dalam kesehariannya.

Layanan peminatan dan perencanaan individual dapat dilakukan secara klasikal dengan melalui bimbingan kelompok, atau konseling kelompok, bisa juga dilakukan secara pribadi melalui konseling individual dan layanan konsultasi.

Melalui layanan peminatan dan perencanaan individual, secara bertahap, peserta didik membangun karakter dan kompetensi pembelajar sepanjang hayat, seperti:

  • membuat tujuan atau tantangan pengembangan diri dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang dalam lingkup pribadi, belajar, sosial, dan karir;
  • merencanakan masa depan melalui pilihan kelanjutan studi dan karir;
  • menganalisis dan mengelola kekuatan dan kelemahan diri untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan;
  • mengenali dan melakukan proses yang tengah dijalani menuju tujuan; dan
  • membuat keputusan sesuai dengan rencana dan merefleksi keputusan-keputusan tersebut.

Pelaksanaan layanan peminatan dan perencanaan individual memerlukan kolaborasi, baik dengan tim kurikulum, wali kelas, guru mapel atau dapat juga melibatkan orang tua untuk mendiskusikan tentang arah dan pilihan minat anaknya.

1. Melakukan pemetaan kebutuhan peserta didik

Pemetaan kebutuhan peserta didik dapat dilakukan dengan menggunakan asesmen minat dan bakat, atau dengan melakukan observasi.

Observasi dilakukan dengan mengamati dan mencatat kegiatan yang antusias diikuti peserta didik saat bermain-belajar, ciri pribadi, atau potensi kemampuan lain yang dapat diamati.

2. Merumuskan tujuan area pengembangan diri

Dari hasil asesmen dan observasi minat, bakat, potensi peserta didik, Guru BK, wali kelas, dan peserta didik bersama-sama merumuskan tujuan area yang perlu dikembangkan melalui ekstrakurikuler di dalam satuan pendidikan maupun kegiatan di luar satuan pendidikan.

Satuan pendidikan juga dapat memberikan fasilitas dan kesempatan peserta didik dalam mengembangkan minat dengan mengikuti kegiatan lomba, kompetisi, atau kegiatan lain di luar sekolah seperti festival, konferensi peserta didik, dll.

3. Pelaksanaan pengembangan diri

Dalam pelaksanaan pengembangan diri, peserta didik perlu mendapatkan wawasan dan eksplorasi tentang berbagai bidang untuk penguatan pemahaman mengenai minat, bakat, dan kemampuannya.

Kegiatan penguatan ini dapat dilakukan dengan mengundang narasumber dari beragam profesi, lebih baik lagi jika narasumber berasal dari alumni, macam-macam pilihan karir di dunia kerja, karya wisata, atau kunjungan lapangan bagi peserta didik jenjang pendidikan dasar.

Pelaksanaan pengembangan diri juga dapat dilakukan dalam kegiatan magang, kunjungan ke perguruan tinggi dan industri bagi peserta didik jenjang SMA/SMK dan sederajat.

Pelaksanaan layanan pengembangan diri dapat berupa layanan konsultasi peminatan, pilihan kelanjutan studi ke SMA/SMK sederajat bagi peserta didik jenjang SMP, atau untuk menentukan keputusan bekerja atau melanjutkan studi ke perguruan tinggi bagi peserta didik jenjang SMA/SMK sederajat.

Untuk efektifitas pelaksanaan kegiatan pengembangan diri, peserta didik membutuhkan pendampingan, baik di rumah oleh orang tua juga di sekolah oleh Guru BK atau tenaga pendidik yang bertanggungjawab di satuan pendidikan.

(3) Layanan Responsif

Layanan responsif dirancang untuk penanganan kondisi darurat, mendesak, dan membutuhkan pertolongan segera sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Tujuan bantuan layanan ini adalah agar peserta didik memiliki strategi dalam mengatasi masalah, mampu menuntaskan masalah dengan kemampuan sendiri.

Pada pelaksanaan layanan responsif, Guru BK dan satuan pendidikan perlu melakukan beberapa hal berikut:

1. Melakukan pemetaan kebutuhan peserta didik

Fokus layanan responsif adalah permasalahan yang dialami peserta didik. Guru BK dapat melakukan identifikasi masalah melalui asesmen, laporan dari wali kelas, guru mata pelajaran, maupun dari teman sebaya.

Selanjutnya permasalahan yang telah teridentifikasi diklasifikasikan sebagai berikut:

  • Area akademik, meliputi permasalahan yang berkaitan dengan motivasi diri yang mempengaruhi prestasi belajar, dan strategi dalam upaya meningkatkan kemampuan belajar pada area bidang studi tertentu.
  • Area sosial, meliputi permasalahan yang berkaitan dengan keterbukaan diri, kemampuan adaptasi diri, dan kedewasaan peserta didik dalam menghadapi masalah di keluarga dan hubungan pertemanan.
  • Area kepribadian, meliputi permasalahan yang berkaitan dengan kecemasan, peningkatan kepercayaan diri dan kemampuan regulasi diri peserta didik.

2. Analisis kebutuhan untuk penanganan yang tepat

Tidak semua permasalahan peserta didik dapat diselesaikan di satuan pendidikan. Guru BK, atau satuan pendidikan perlu memilah masalah sesuai dengan jenis dan kewenangannya.

Karenanya, pada layanan responsif terdapat alih tangan kasus, yaitu mengalihkan penanganan permasalahan yang dialami peserta didik kepada pihak lain, seperti psikolog, psikiater, lembaga terapi, atau pihak lain yang memiliki keahlian.

3. Pelaksanaan layanan

Layanan responsif dapat dilaksanakan dalam beberapa bentuk yaitu:

  • Konseling Individu, yaitu bantuan yang diberikan secara individual kepada peserta didik untuk meningkatkan kesadaran diri dalam memperbaiki diri serta mencari solusi atas permasalahan yang dialaminya.
  • Konseling kelompok, yaitu bantuan yang diberikan untuk meningkatkan kesadaran peserta didik secara kelompok. Bantuan ini diberikan apabila terdapat kasus yang berkaitan dengan sekelompok peserta didik.
  • Layanan rujukan, yaitu layanan dalam bentuk kerja sama satuan pendidikan dengan pihak profesional dalam menangani masalah peserta didik secara lebih menyeluruh, masalah yang dipandang berat, atau membutuhkan proses penyelesaian yang panjang dan spesifik.

4. Refleksi

Pada setiap layanan, peserta didik diajak melakukan refleksi, melakukan evaluasi terhadap permasalahan yang dihadapinya serta mencari solusi atas permasalahan tersebut.

Refleksi bertujuan mendorong peserta didik menjadi pembelajar, bernalar kritis, dan mandiri sebagai cerminan dari profil pelajar Pancasila.

(4) Layanan Dukungan Sistem

Dukungan sistem merupakan jenis layanan kegiatan manajemen, tata kerja infrastruktur, dan pengembangan profesionalisme Guru BK atau konselor secara berkelanjutan dalam mendukung proses pemberian bantuan kepada peserta didik.

Dukungan sistem secara tidak langsung dapat membantu perkembangan peserta didik dan mendukung efektivitas dan efisiensi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.

Pendidik di satuan pendidikan berkolaborasi mendukung pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, langsung maupun secara tidak langsung, sesuai peran masing-masing guna memastikan peserta didik mencapai perkembangan sesuai dengan profil pelajar Pancasila.

Dukungan ini dilakukan mulai dari pemetaan kebutuhan, analisis, pelaksanaan, evaluasi, hingga membangun budaya satuan pendidikan yang sehat secara menyeluruh.

Secara sistem, satuan pendidikan perlu melakukan hal berikut untuk mendukung projek penguatan profil pelajar Pancasila:

1. Identifikasi sumber daya

Dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling yang terbaik bagi peserta didik, satuan pendidikan perlu memetakan sumber daya yang ada, baik di dalam dan di luar satuan pendidikan.

2. Koordinasi dan kolaborasi sumber daya

Hasil pemetaan sumber daya yang ada, satuan pendidikan perlu membuat perencanaan untuk mengoptimalkan pemanfaatannya dalam mendukung layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

3. Pengelolaan data

Satuan pendidikan perlu menerapkan sistem pengelolaan data yang baik. Data yang terkelola dengan baik akan meningkatkan efektivitas layanan bimbingan dan konseling.

2. Strategi pemberdayaan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan sumber belajar yang utama dan mendasar bagi peserta didik, keluarga memiliki fungsi sosialisasi dan pembelajaran yang penting untuk membentuk pengembangan diri anak yang mendukung pendidikannya di sekolah.

Orang tua, atau keluarga perlu membangun komunikasi, menyediakan waktu untuk berinteraksi, memfasilitasi kebutuhan anak, membimbing dan memberi teladan, serta menyediakan lingkungan belajar yang sehat bagi anak-anaknya.

Orang tua juga berperan penting dalam mengenali potensi, minat, bakat, dan kemampuan anak dengan mengamati perilaku anak, memberikan pendampingan, motivasi, serta sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar anak.

Oleh karena itu, satuan pendidikan perlu mengenal orang tua, atau keluarga, sejak peserta didik mulai proses pembelajaran di sekolah melalui berbagai metode, seperti angket, observasi, dan wawancara.

Agar proses pembelajaran dapat berjalan optimal, satuan pendidikan perlu memastikan keterlibatan dan pendampingan orang tua sesuai dengan kondisi keluarga dan tahapan perkembagan peserta didik.

Strategi pemberdayaan keluarga dapat berjalan efektif ketika satuan pendidikan memiliki keterbukaan, memiliki empati, dan memahami kondisi keluarga sehingga dapat berkolaborasi atau memberikan bimbingan yang tepat bagi orang tua.

Pelibatan orang tua dalam layanan bimbingan dan konseling bukan hanya dilakukan saat peserta didik memiliki masalah. Namun juga membuat program kegiatan dalam pemberdayaan keluarga sesuai dengan analisis kebutuhan layanan BK.

Strategi pemberdayaan keluarga, atau orang tua dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan berikut:

  • Kelas parenting
  • Menjadi relawan di satuan pendidikan
  • Membantu pembelajaran di rumah
  • Membangun komunikasi dengan satuan pendidikan
  • Terlibat dalam pengambilan kebijakan atau keputusan di satuan pendidikan
  • Berkolaborasi dengan masyarakat

Keberhasilan proses belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh pola hubungan antara satuan pendidikan dengan keluarga yang efektif dan efisien.

Sehingga komunikasi yang terjalin antara satuan pendidikan dengan orang tua menjadi bagian penting dalam strategi pemberdayaan keluarga.

3. Strategi kerja sama dengan mitra

Kunci keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan salah satunya adalah kemitraan yang dijalin dengan berbagai pihak luar.

Kemitraan merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan satuan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik ketika memiliki keterbatasan sumber daya.

Berikut adalah contoh kemitraan yang dapat dibangun oleh satuan pendidikan untuk memberikan layanan yang tepat untuk peserta didik.

(1) Kemitraan dalam layanan dasar dan dukungan sistem

  • Tokoh masyarakat/ adat
  • Tokoh agama
  • Psikolog/dokter
  • Lembaga Swadaya Masyarakat
  • Ahli pendidikan
  • Perguruan tinggi
  • Pengusaha/dunia usaha

(2) Kemitraan dalam layanan responsif dan perencanaan individu

  • Psikolog/biro psikologi
  • Dokter/tenaga kesehatan
  • Terapis

(3) Kerja sama dengan tenaga ahli di luar sekolah

  • Psikolog
  • Konselor
  • Terapis

Kemitraan dapat terjalin dengan baik ketika masing-masing pihak memiliki keselarasan pada pemahaman visi dan misi sehingga dapat menciptakan kebermanfaatan secara maksimal melalui berbagai sumber daya dan kontribusi.

Simpulan

Implementasi layanan bimbingan dan konseling yang bersifat komprehensif sejalan dengan prinsip Kurikulum Merdeka, yaitu berpusat pada peserta didik untuk mencapai perkembangan optimal dan kemandirian secara utuh yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir.

Profil pelajar Pancasila menjadi acuan, tujuan jangka panjang, dan memayungi keseluruhan layanan bimbingan dan konseling dalam mewujudkan peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.

Dengan demikian, setiap komponen dalam layanan bimbingan dan konseling harus terintegrasi dengan pencapaian dan/atau projek penguatan profil pelajar Pancasila.

Strategi penguatan profil pelajar pancasila dalam layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui tiga kegiatan, yaitu implementasi bimbingan dan konseling di satuan pendidikan, pemberdayaan keluarga, dan kerja sama dengan mitra.

Posting Komentar untuk "Profil Pelajar Pancasila, Strategi Penguatan dalam Layanan Bimbingan dan Konseling"