Etika Berbicara Langsung, Melalui Telepon Maupun WhatsApp
Bahasa merupakan alat komunikasi untuk mengekspresikan sesuatu yang dipikirkan maupun dirasakannya, baik disampaikan secara verbal maupun non-verbal. Secara tradisional maupun dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
Perkembangan TIK mengakibatkan terjadinya pergeseran gaya berkomunikasi, yang mulanya berbicara langsung tatap muka, kemudian melalui telepon, atau sekarang ini yang lagi trend yaitu melalui WhatsApp.
Disisi lain, kemudahan gaya komunikasi ini menimbulkan kekhawatiran menurunnya nilai sosial berupa etika berbicara, baik langsung, melalui telepon maupun WhatsApp. Contohnya adalah bagaimana etika berbicara yang baik dengan orang tua, atau orang yang lebih tua, guru, dosen, bahkan dengan teman sebaya.
Etika menjadi patokan dalam nilai-nilai dan norma-norma kepatutan yang menjadi pegangan bagi individu maupun kelompok dalam mengatur tingkat lakunya, termasuk berbicara, baik langsung maupun menggunakan media.
Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan. Etika memberi norma pada perbuatan itu sendiri. Apakah perbuatan tersebut baik atau tidak, boleh dilakukan atau tidak.
Pada artikel ini akan membahas etika berkomunikasi berupa etika berbicara langsung, melalui telepon maupun WhatsApp.
Etika Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara langsung (dengan lisan) maupun tidak langsung (melalui media sebagai perantara).
Berbicara merupakan bagian dari komunikasi, yaitu suatu peristiwa menyampaikan maksud, gagasan, serta perasaan hati seseorang kepada orang lain. Sehingga ketika membahas etika berbicara, maka perlu memahami dulu etika berkomunikasi.
Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang berarti adat istiadat, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan atau mengajarkan tentang keluhuran budi, baik-buruk.
Jadi, etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran perilaku baik-buruk dalam proses penyampaian pesan agar dapat tersampaikan dengan baik, jelas, dan tidak menimbulkan bias yang bisa berdampak negatif.
Contoh etika komunikasi yang baik;
- Mempergunakan kata dan kalimat yang baik sesuai dengan kondisi lingkungan
- Mempergunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara
- Fokus pada lawan bicara dengan menatap mata lawan bicara dengan lembut
- Ekspresi wajah yang ramah dengan tersenyum
- Menunjukkan gesture yang sopan dan wajar
- Menunjukkan tingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara
- Mengenakan pakaian yang rapi, sopan, sesuai situasi dan kondisi
- Menunjukkan sikap yang tenang, tidak mudah terpancing emosi lawan bicara
- Menghormati dan menerima bentuk perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi
- Menempatkan diri sesuai dengan posisi atau kedudukannya
- Menggunakan gaya kemunikasi sesuai karakteristik lawan bicara
- Menggunakan intonasi suara dan kecepatan bicara yang baik sesuai kondisi serta lawan bicara
- Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku, seperti berjabat tangan, menunduk, hormat, dll.
Etika Berbicara
Fitrah manusia adalah berhubungan dengan orang lain, sebagai makhluk sosial. Berbicara merupakan salah satu cara berhubungan atau berkomunikasi dengan dengan orang lain.
Agar terjalin hubungan atau komunikasi yang selaras maka diperlukan adanya etika dalam berbicara.
Etika berbicara adalah tata cara dan aturan seseorang mengungkapkan atau mengutarakan pedapat, gagasan, serta perasaan hati kepada orang lain yang kemudian dijadikan sebagai tolok ukur suatu tindakan.
Etika berbicara yang baik harus menerapkan rinsip-prinsip berikut;
- Prinsip pembicaraan yang jujur, tidak berbelit-belit.
- Prinsip untuk berkomunikasi secara efektif.
- Prinsip perkataan yang mudah dicerna.
Sesuai dengan prinsip-prinsip di atas, maka contoh etika berbicara yang baik sebagai berikut;
1. Fokus pada lawan bicara
Fokus pada lawan bicara merupakan kunci agar informasi yang disampaikan efektif, dan dapat diterima secara utuh.
Ketika tidak fokus pada lawan bicara, seperti memalingkan muka saat berbicara, akan terjadi kesenjangan antara kedua belah fihak, sehingga bisa terjadi kehilangan beberapa potong informasi yang disampaikan.
Secara psikologis, ketika tidak fokus pada lawan bicara bisa menimbulkan ketersinggungan pada orang yang diajak bicara. Akibatnya, informasi atau pesan yang disampaikan tidak utuh, bahkan bisa terjadi kesalahan menangkap makna atau isi dari pesan tersebut.
2. Fokus pada masalah
Etika berbicara yang baik adalah menyampaikan informasi atau pesan secara jujur, fokus pada masalah, dan tidak berbelit-belit.
Dalam banyak hal, beberapa orang cenderung lebih menyukai penyampaian langsung (to the point), meski sebagian orang juga menyukai basa-basi. Namun demikian, basa-basi yang berlebihan bisa mengaburkan isi pesan, kehilangan fokus pada masalah.
3. Jangan menimpali pembicaraan
Etika berbicara yang baik adalah mendengarkan dengan bijaksana apa yang disampaikan lawan bicara. Menghargai apa yang yang dikatakannya, dan tidak menimpali atau menyela perkataannya sebelum selesai.
Memotong pembicaraan orang lain bisa mengakibatkan informasi atau pesan yang disampaikan menjadi tidak utuh, bahkan bisa terjadi perubahan makna.
4. Saling menghargai
Etika berbicara yang baik adalah saling memahami satu sama lain. Saling menghargai dengan menyimak dan mendengarkan apa yang dikatakannya dengan seksama.
Sekalipun berbicara dengan teman sebaya, atau orang yang lebih muda, etika saling menghargai harus selalu dikedepankan.
Hindari berbicara dengan nada kasar, meskipun dalam keadaan emosi yang tinggi, atau tidak suka dengan lawan bicara.
Saling menghargai juga bisa ditunjukkan dengan menghindari penggunaan kalimat yang menimbulkan kesan menggurui, memerintah, maupun menghakimi meskipun kedudukan lawan bicara lebih rendah, atau lebih muda.
5. Jangan berbicara sambil melakukan hal lain
Jangan memainkan barang, seperti pensil, hp, atau barang-barang lainnya, jangan menggoyang-goyangkan kaki, atau gerakan yang dapat mengesankan perasaan jenuh, gelisah.
Melakukan hal-hal lain yang tidak perlu saat berbicara maupun mendengarkan lawan bicara, mengesankan tidak fokus pada pembicaraan. Ini akan memberikan perasaan tidak nyaman pada lawan bicara.
6. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
Gunakan bahasa yang mudah dipahami, sesuai dengan situasi dan kondisi, serta lawan bicara. Misalnya, jika berbicara dalam situasi formal, gunakan bahasa yang formal.
Atau, saat berbicara dengan anak kecil, gunakan bahasa anak-anak yang sederhana dan penuh keceriaan sesuai usia mereka.
Libatkan bahasa tubuh untuk memberikan penekanan, misalnya dengan gerakan tangan atau anggukan kepala.
Condongkan tubuh kearah lawan bicara saat berbicara maupun mendengarkan. Ini menunjukkan kerelaan dan perhatian terhadap isi pembicaraan.
Selain bahasa yang digunakan, atur intonasi suara. Jangan terlalu tinggi, terkesan membentak, atau terlalu rendah, terkesan berbisik sehingga lawan bicara tidak bisa mendengar dengan baik.
Gunakan intonasi suara sesuai dengan isi pesan yang ingin disampaikan sehingga pesan dapat tersampaikan dengan baik.
Etika Berbicara Melalui Telepon
Telepon merupakan alat atau media yang digunakan untuk menyampaikan informasi dan/atau pesan melalui suara, atau berbicara.
Sepertihalnya etika berbicara secara langsung tatap muka, saat berbicara melalui telepon diperlukan juga etika agar informasi atau pesan yang disampaikan dapat diterima lawan bicara dengan baik, jelas, dan utuh.
Etika berbicara di telepon adalah tata krama, sopan santun, atau tata pergaulan dalam bertelepon, baik menerima maupun malakukan kontak telepon.
Etika berbicara melalui telepon dapat dibagi menjadi tiga bentuk; (1) etika menelepon, (2) etika menerima atau berbicara di telepon, dan (3) etika menutup telepon.
1. Etika menelepon
- Menyiapkan nomor telepon yang akan dihubungi, bila perlu dicatat agar tidak terjadi salah sambung.
- Menyiapkan alat tulis jika diperlukan untuk mencatat informasi yang penting.
- Ucapkan salam, menyebutkan identitas diri, dan tujuan menelepon saat telepon tersambung, diterima.
- Segera meminta maaf, sebelum menutup telepon, saat terjadi salah sambung.
2. Etika menerima atau berbicara di telepon
- Segera angkat begitu telepon berdering
- Jika menerima telepon menggunakan HP, gunakan handsfree saat berada di ruangan yang sibuk, berisik. Jika memungkinkan, pindah ke area publik yang bebas menggunakan HP agar dapat menerima telepon dengan baik.
- Pegang gagang telpon atau HP dengan baik, atur jarak telepon dengan mulut agar suara yang keluar terdengar dengan jelas.
- Atur nafas dengan tenang agar tidak terdengar di telepon seperti mendengus, atau terengah-engah.
- Ucapkan salam, sebutkan nama perusahaan, dan apa yang bisa dibantu saat menerima telepon di kantor. Hindari menggunakan kata “halo” dalam cara menerima telepon di kantor. Pergunakan salam dengan “selamat siang” atau “selamat pagi”.
- Berbicaralah sambil tersenyum meskipun penelepon tidak bisa melihat, tapi lawan bicara bisa merasakannya melalui volume, nada, atau intonasi suara yang keluar.
- Atur intonasi dan kecepatan bicara agar tidak terlalu cepat, atau terlalu lambat agar lawan bicara merasa nyaman, dan dapat menangkap isi pembicaraan dengan jelas.
- Hindari melakukan aktivitas lain saat menelepon atau menerima telepon. Kalaupun terpaksa, seperti mau mengambil alat tulis untuk mencatat, mintalah ijin terlebih dahulu, dan jangan biarkan penelepon menunggu terlalu lama.
- Jangan menyela atau memotong pembicaraan. Simak baik-baik apa yang disampaikan penelepon, bila diperlukan catat point-point penting dalam pembicaraan.
- Apabila tidak mengerti apa yang disampaikan penelepon, tidak ada salahnya mengajukan pertanyaan untuk lebih memperjelas.
- Bila sambungan terputus, segera letakkan gagang telpon agar penelepon bisa menghubungi kembali.
3. Etika menutup telepon
- Simpulkan point-point penting sepanjang pembicaraan sebelum mengakhiri.
- Jika diperlukan, ajukan pertanyaan untuk memperjelas, atau mengkonfirmasi ulang hal apa lagi yang bisa dibantu.
- Etika menutup pembicaraan di telepon adalah pihak yang menelepon, yang menghubungi.
- Ucapkan salam dan terimakasih sebelum menutup telepon.
- Letakkan gagang telepon dengan pelan.
Etika Berbicara Melalui WhatsApp
WhatsApp telah menjadi aplikasi paling populer di dunia, dengan WA interaksi dan berkomunikasi menjadi semakin mudah dan cepat. Melalui Whatsapp seseorang dapat menyampaikan maksud, gagasan, serta perasaan hati kepada orang lain.
Penggunaan WhatsApp tetap harus bersandarkan pada etika berbicara, karena pada hakikatnya komunikasi melalui WA merupakan berbicara menggunakan teks, simbol, maupun gambar.
Contoh etika berbicara melalui WhatsApp,
1. Mengucapkan salam
Membuka percakapan dengan salam tidak harus dalam pembicaraan formal, karena ucapan salam merupakan bentuk penghormatan kepada lawan bicara.
Contohnya; “Selamat pagi”, “Selamat siang”, dll.
2. Memperkenalkan diri
Apabila tidak yakin lawan bicara sudah kenal, sebaiknya setelah mengucapkan salam memperkenalkan diri.
Selain itu, meskipun sudah kenal belum tentu seseorang menyimpan nomor kontak Anda dengan alasan tertentu, misalnya memori HP sudah penuh.
Pada percakapan formal, misalnya berkomunikasi melalui WA dengan guru atau dosen, perkenalkan identitas diri secara lengkap.
Contohnya:
Selamat siang,
Saya … (sebutkan nama lengkap)
Kelas … (sebutkan kelas)
Bermaksud … (uraikan tujuan dengan singkat namun jelas)
Terimakasih.
3. Tidak bertele-tele
Sampaikan pesan, informasi, atau pertanyaan dengan singkat, rinci, dan jelas, tidak bertele-tele. Pergunakan gaya bahasa yang baik, mudah dibaca dan dipahami. Hindari penggunaan emoticon atau emoji dalam percakapan formal.
Anda bisa menggunakan bahasa bebas, emoticon maupun emoji, ketika dalam percakapan informal. Namun demikian, pastikan lawan bicara Anda memahami gaya komunikasi Anda agar pesan yang disampaikan dapat diterima.
4. Perhatikan waktu pengiriman
Perhatikan waktu Anda mengirimkan pesan WA. Hindari waktu sibuk, waktu kerja, atau beristirahat di malam hari. Kalaupun terpaksa mengirimkannya di waktu-waktu tersebut, jangan memaksa, misalnya dengan misscall untuk mendapatkan balasan segera.
5. Mematuhi peraturan yang berlaku
Sepertihalnya etika berbicara langsung tatap muka, percakapan melalui WhatsApp, terutama WA Group, terdapat norma, ada aturannya meskipun tidak tertulis.
Hindari mengirimkan hal yang tidak berhubungan dengan kepentingan WA Group. Hindari mengirim pesan yang sama berkali-kali, ini bisa membuat anggota group yang lain merasa risih, dan terganggu.
Cukup mengirimkan pesan satu kali dan tunggu hingga pesan tersebut ditanggapi atau dibalas oleh penerima.
6. Jangan menyela
Dalam percakapan WhatsApp, ketika membahas isu yang penting, sedang hangat atau viral biasanya arus pesan bisa mengalir dengan deras. Setiap orang tampak ingin menyampaikan pendapat dan pandangannya dengan cepat, seolah tidak mau didahului yang lain.
vJangan menyela ketika seseorang sedang menyampaikan pendapatnya, tunggu sampai Anda yakin apa yang ada dalam pikirannya tuntas disampaikan. Kadangkala karena panjang, seseorang tidak cukup sekali menyampaikan pesannya.7. Saling menghargai
Kedepankan etika saling menghargai dalam berbicara melalui WhatsApp, meskipun tidak saling bertatap muka.
Hargai privasi lawan bicara, hormati, dan hargai pendapat mereka meskipun Anda tidak setuju atau berbeda pendapat.
8. Salam penutup
Dalam etika berbicara, melalui telepon maupun WhatsApp, akhiri percakapan dengan salam penutup dan ucapan terimakasih.
Posting Komentar untuk "Etika Berbicara Langsung, Melalui Telepon Maupun WhatsApp"
Posting Komentar